Powered By Blogger

Rabu, 06 Juni 2012

DRAMA TRAGEDI PURNAMA




 

SEBUAH DRAMA TRAGEDI
“ TRAGEDI PURMANA“

Penulis Naskah : RUSLAN 


PARA PEMAIN:
 
Kepala adat kamputala ( ABIDIN )
Salima
Sowite
Artapura
Zarlah
Sarfa
Anggraeni ( adik)
Para penari

BABAK I
Laut teduh, angin berhembus sepoi menemani senja yang sebentar lagi menutup hari.Terlihat dua orang pemuda berdiri di pinggir pantai sambil menapati kilauan emas gemawan di ufuk barat.
anggraeni     : Menurut berita yang ku dengar, esok di kampung seberang akan diadakan ritual adat kamomose untuk mencarikan jodoh putri kepala adat kamputala. Tidakkah kakak berminat mengikuti ritual tersebut ?bukankah sekarang kakak sudah siap mencari pendamping hidup ?
Artapura         : benar dik, memang aku sudah siap mencari pendamping hidup. Tetapi aku tak ingin terburu-buru.Ketahuilah dik, mencari pendamping hidup ibarat kita memilih perahu yang tepat untuk berlayar.Ia harus mampu menahan goncangan ombak yang mungkin saja datang tak diduga. Ia harus dapat bertahan dalam keseimbangan ketika laut melepaskan muntahan-muntahan riak yang menggelora. Dan layarnya  pun harus mampu memahami arah angin menuju pulau impian yang menjadi tanah harapan. Bukan mengikuti arah angin yang menjadi luapan emosi yang dapat mengaramkan kapal.Seperti itulah dik, seperti itulah pemnamping hidup yang kudambakan.Aku ingin pendamping hidupku dapat menjadi tanah dalam jiwaku dan aku menjadi rumah yang melindunginya dari terpaan cuaca yang mengancam. dik, dapatkah aku memperoleh pendamping hidup yang begitu mempesona seperti yang ku ingin kan ?
anggraeni         : memang benar yang kakak katakan. Menurutku, hal itu adalah mimpi dari semua orang. Dan mungkin saja kakak dapat menemukan istri seperti itu di acara ritual itu. Jika memang tuan percaya, keajaiban selalu hadir dalam ketelusan kita dalam meminta. Sebab, Tuhan adalah maha mengetahui, yang tahu akan keinginan hambanya, tetapi Tuhan hanya menunggu kapan dan untuk siapa keajaiban itu diberikan. Berdoalah kak, semoga kakak menjadi salah satu hamba pilihan yang diberi keajaiban.
Aratapura         : ya, aku akan selalu berdoa untuk mendapatkan istri yang kuimpikan.
anggraeni         : jadi, bagaimana kak ?apakah kakak akan pergi keritual itu.
Artapura          : ada sedikit keraguan yang membebaniku dik!.
anggraeni         : hal apa yang membuat kakak menjadi ragu ?
Artapura          : keraguan akan adat yang kini mengikat di negeri kita.
anggraeni         : oh…jadi kakak takut akan adat kebiasaan yang mengharuskan kita untuk tidak memilih. Kak  Apakah kita harus terikat akan kebiasaan yang telah banyak menghancurkan bingkai rumah tangga  dari sepasang manusia yang dibangun diatas kepatuhan bukan rasa cinta yang tulus dari dalam hati ? kak, rezeki, mati dan jodoh adalah kuasa yang Illahi, sadarlah akan itu kak. Maaf, bukannya aku menentang adat yang telah lama mengendap di negeri kita, hanya saja aku ingin kita dapat melihat dunia dari berbagai penjuru langit.Sebab dari sanalah kita akan dapat melihat betapa luasnya anugrah yang Tuhan limpahkan kepada hambanya.
Artapura          : seluas itukah pemikiranmu dik, aku sangat lemah dalam cakrawala pemikiran  yang bijaksana.
anggraeni         : dan satu hal lagi kak, keraguan akan menjadi duri kekecewaan yang membunuh kepercayaan diri kakak. Hey..lihatlah kak, ada bintang jatuh ke negeri itu. Mungkin ini pertanda bahwa takdir cinta kakak berada di sana!!!
Artapura          : pertanda?
Anggraeni        : iya kak, pertanda!
Artapura          : Ya, mungkin bintang itu adalah pertanda.
anggraeni         : jadi, bagaimana kak ??apakah kakak akan pergi mengikuti ritual kamomose itu ?
Artapura          : hmmmm…baiklah dik, persiapkan segala keperluanku untuk mengikuti ritual tersebut. Aku sadar Doa tak akan pernah terkabul jika kita hanya duduk diam menunggu keajaiban. Takdir cinta mesti kita gapai dengan usaha yang tulus.
anggraeni         : baiklah aku akan mempersiapkannya.
Artapura          : satu hal lagi dik, persiapkanlah  pakaian seperti rakyat biasa, sebab aku tak mau ada yang mengetahui tentang asal-usulku. Apakah kau dapat mengerti?
anggraeni         : ya kak, aku akan mempersiapkan segalanya. Dan seperti kata kakak, aku akan membawa bekal seadanya saja.
Artapura          : senja telah berlalu, kini malam sudah menerangi cakrawala negeriku. Semoga, harapanku seterang cahaya malam yang memegahi negeriku malam ini. Tuhan, biarkanlah malam membelai jiwaku dalam lembut buaian bunda, agar aku dapat mempersiapkan diriku untuk mengarungi samudramu esok. Dan berikanlah sejumput keajaibanmu untukku, sehingga aku dapat merangkul mimpiku yang kupahat dalam relung mata hatiku. Mari kita pulang untuk beristirahat. Sebab besok aku  akan menempuh perjalanan yang cukup jauh.
anggraeni         : baiklah kak, aku pun harus mempersiapakan perbekalan yang akan kakak bawa besok.

BABAK II
Terlihat beberapa perempuan duduk berjejeran di sebuah pelataran.Di depannya, terlihat Loyang berisikan lilin sebagai penerang dalam ritual kamomose.Salah satu dari perempuan itu adalah zarlah.Anak perempuan kamputala.Wajahnya cukup jelita.Memakai kain daerah berwarna kuning menyala.Indah menawan memeriahkan malam yang bernyanyi bersama ritual kamomose.Kepala adat kamputala, sowite, sarfah adik zarlahdan istri kepala adat kamputala duduk bersila diantara para tamu undangan.
Kamputala       : terimakasih atas kehadiran kalian semua di sini. Sebelumnya, terimalah persembahan tarian sebagai ucapan penyambutan bagi kalian semua.
Beberapa perempuan yang duduk berjejeran tadi lalu menari. Tarian yang dibawakan adalah  tarian balumpa yang dipersembahkan sebagai hiburan penyambutan untuk para tamu undangan.artapura berdiribersama para hadirin yang mengikuti ritual.musik gambus mengiringi tarian.
Kamputala       : baiklah, sowite, mulaikanlah ritual kamomose seperti adat kebiasaan kita.!!!
Sowite              : baik tuanku, aku akan memulainya. ( soeite memulai membacakan doa sebelum memulai ritual kamomose).
Kamputala       : baiklah para hadirin, silahkan kalian mengambil kacang yang telah disediakan. Lemparlah kacang tersebut ketempat yang menurut kalian  kelak akan menjadi tambatan hatimu.
Ritual kamomose mulai dilakukan, para hadirin serentak berebut kacang yang telah disediakan. Artapura pun  ikut mengambil kacang yang disediakan tetapi ia hanya menggenggam kacang tersebut dan menyimpanya di kantong bajunya. Setelah semua hadirin melempar kacang dan kembali ketempatnya masingmasing. Kepala kampung kamputala mulai mengumumkan  maksud utama ia mengadakan ritual kamomose ini.
Kamputala       : sekarang, waktunya aku umumkan maksud  aku mengadakan  ritual kamomose ini. Sebentar lagi, usia putriku Zarlah akan menginjak usia dua puluh dua tahun. Dan menurutku, kini ia sudah layak memiliki pendamping hidup yang akan melindunginya. Olehnya itu, aku mengadakan ritual kamomose ini untuk mencarikan pendamping hidup untuk Zarlah. Karenanya, jika diantara para hadirin  ada yang siap mengdampingi putriku maka dengan tangan terbuka aku akan  memeberikan kesempatan padanya untuk mencoba. Dengan satu syarat, ia harus  mampu mengalahkanku dalam pertarungan  silat.
Sowite           : tunjukkanlah kehebatan kalian, siapa pun kau yang berani memetik kembang negeri ini. Ayo, buktikan kejantanan kalian!!!
Kamputala       : sipakah diantara kalian yang berani ??
Tiba –tiba artapura maju kedepan dan menawarkan diri untuk melawan kamputala
Artapura         : wahai tuanku dengan kerendahan diri, bolehkah aku memetik bulan yang kini menghiasi petala langit negerimu??
Kamputala       : siapakah dirimu wahai  anakmuda?
Artapura          : aku hanyalah sebiji pasir yang  hendak menjadi benteng penguat dari negerimu yang elok  ini!!!
Sowite             : hmmmm. Apa kau sudah memikirkan matang-matang dengan niatmu itu. Ketahuilah, tuanku ini orang yang paling pandai bersilat dari semua pesilat-pesilat yang ada dinegeri ini..!!!
Artapura          : aku hanya mencoba, setelahnya hanya takdir yang akan menentukan !!!
Sowite              : ah…..  lagakmu terlalu berlebihan. Tuanku, biarkan aku yang mendinginkan gelora pemuda ini.
Kamputala     : tidak sowite aku kagum akan keberanian pemuda ini. Biarkan aku sendiri yang akan  menunjukankejantanan dari negeri kita ini.
Artapura       : maaf tuanku, jika tadi tuanku memberikan syarat dalam perjodohan ini, bolehkah aku meminta pula sebuah permintaan jikalau aku menang dalam pertarungan kelak???
Kamputala       : apakah permintaanmua itu wahai pemuda??
Artapura          : setelah pertarungan baru aku meminta..!!
Kamputula       : hhmmmm, baiklah aku akan mengabulkan permintaan itu.
Artapura          : sekali lagi maaf atas kelancanganku untuk melawan tuanku yang sangat dihormati di negeri ini.
Kamputula       : mulailah wahai anak muda!!!!
Terjadi pertarungan yang cukup sengit antara kamputala dan artapura.Jurus silat di layangkan oleh keduanya.Setelah beberapa lama bertarung, akhirnya artapura dapat mengalahkan kamputala. Pertarunganpun selesai.
Salima              : bagaimanakah keadaanmu kanda? Apakah kanda baik-baik saja?
Kamputala      : aku baik-baik saja dinda, pemuda ini sangat tangguh, memang dia  selayaknya mendapatkan kemenangan dalam pertarungan ini.
Salima           : aku tetap kagum kepadamu kanda. Kanda telah memberikan perlawanan yang seimbang meski kanda kalah dalam pertarungan tadi (tuan kamputala menoleh kearah artapura)
Kamputala    : dari gaya bertarungmu kamu bukanlah orang yang sembarangan katanlah siapakah sebenarnya dirimu?
Artapura          : aku hanyalah pemuda yang datang dari negeri sembrang!!
Kamputala       : jujurlah wahai anak muda, aku tahu engkau tak seperti rakyat yang lainnya.
Artapura          : baiklah, aku adalah artapura. Putra dari sultan Imbrahim mauled dari negeri sebrang.
Kamputala       : haa… betulkah apa yang kau katakan anak muda..???
Artapura          : iya Tuanku…
Kamputala     : Berarti…berarti kamu adalah putra sahabatku, Sultan Ibrahim maulid adalah sahabat lamaku. Wahai pemuda, ternyata dunia ini sangat sempit.Putra dari sahabatku kini berada di negeriku.Betapa beruntungnya aku.
Artapura       : oh..maafkan aku telah lancang berani melawan sahabat ayahku sendiri. Maafkan aku.paman (artapura membungkukkan badannya kearah tuan kamputala)
Kamputala    : sudahlah, aku tak mempersoalkannya, dan memang, kamu telah mewarisi ilmu silat dari ayahmu ia memang petarung yang tangguh.
Artapura          : paman terlalu berlebihan menilaiku dan ayahku.
Kamputala      : oh iya, ini anakku zarlah. Ia yang akan kucarikan jodoh malam ini.lihatlah ia sangat cantik bukan.?
Zarlah              : ah ayah, kenapa ayah berkata begitu??
Kamputala       : memang benarkan !
Artapura       : ya seperti kata ayahmu kamu memang cantik. Rembulan pun akan malu bila berada di dekatmu
Zarlah              : masih banyak yang cantik disini. Lihatlah adikku sarfa, dia cantik juga kan??
Salima            : sudahlah, jangan kalian berdebatkan itu sekarang mari kita menjamu anak dari sahabatmu kanda.
Kamputala       : benar katamu dinda. Oh iya, ini sarfa adik zarlah. Sarfa !!!
Sarfa                : salam, tuan artapura …
Artpura          : keberadaan mereka berdua menghidupkan malam yang gelap dinegerimu paman. Oh betapa indahnya dua insan yang kau asuh paman. Dan betapa beruntungnya aku yang sempat hadir di negerimu malam ini.
Kamputala      : takdirlah yang membawamu ke sini..
Artapura          : sepertinya memang begitu paman
Kamputala       : oh iya, katakanlah permintaanmu yang telah kamu ajukan tadi ..!!
Salima         :  aku berharap kamu memilih bulan yang tetap dan dapat mendampingimu dimalam dan siangmu wahai anak muda, putra Ibrahim, sahabat suamiku. Putriku adalah anak yang baik, berbakti kepada orang tua dan  idaman dari setiap lelaki.
Artapura          : boleh kah aku memanggilmu ibu?
Salima             : tentu bisa anakku, kini kau berhak memanggilku ibu. Bukankah engkau anak dari sahabat suamiku.
Artapura          : maafkan aku ibu, pilihanku adalah jiwaku.
Salima         : apakah dari maksud dari ucapanmu itu?? Apakah kamu menolak putriku sebagai calon istrimu??
Artapura        : maafkan kelancanganku ibu, aku memilih berdasarkan kata hatiku, zarlah anak yang baik yang senantiasa berbakti pada orang tua. Tetapi, kejujuranku memilih orang lain sebagai pendamping hidupku dan seperti apa yang telah kuajukan tadi,aku boleh meminta sebuah permintaan jika aku menang dalam pertarngan tadi. Dan permintaanku,  aku meminta sarfa sebagai calon istriku. (kacang yang digenggamnya tadi lalu dilemmparkan kea rah sarfa). Ia, akan ku pinang sebagai calon istriku.
Kamputala       : apakah kamu tidak salah memilih??
Artapura          : dengan segenap kesadaranku aku memilihnya, paman..
Kamputala      : tetapi, zarlahlah yang akan dicarikan jodoh, bukan sarfa,.Ketahuilah putriku Zarlah lebih dari segalanya.
Artapura          : hanyalah tuhan yang berhak menilai..
Salima       : tetapi, engkau adalah anak dari sahabat suamiku dan jika ayahmu tahu kami ingin menikahkanmu dengan anak kami  zarlah tentunya ia sangat bahagia.dan maaf bukannya aku tak merestuimu dengan sarfa..Cuma ..sarfa masih belum cukup dewasa untuk menikah.
Artapura         : mungkin benar apa yang ibu katakan, ayah mungkin akan bahagia, tetapi ini bagian dari jalan hidupku yang akan mejalaninya adalah aku sendiri, bukan orang lain. Dan menurutku ini lah yang terbaik.Paman pun tadi sudah berjanji untuk mengabulkan permintaaku jika aku menang.
Kamputala       : engkau telah mengecewakanku anakku!!
Artapura          : maafkanlah aku yang tak penurut ini. Tetapi inilah pilihanku !!
Salima             : pertimbangkanlah pilihanmu itu anakku….
Artapura          : tak ada lagi yang dipertimbangkan ibu, tekadku sudah bulat.
Zarlah              : sudahlah ayah,..biarkan artapura memilih sarfa, aku iklas menerima semuanya,..
Salima             :  ritual ini untuk mencarikan jodoh buatmu!!!
Zarlah              : aku tahu bunda, tetapi ini pilihan artapura. Kita tak berhak memaksanya.
Kamputala       : artapura, sekali lagi aku bertanya apakah tekadmu sudah bulat untuk meminang sarfa
Artapura          : dengan segenap jiwaku paman.
Kamputala       : sarfa, apakah kau mau menerima penjodohan ini..
Sarfa                : ( hanya terdiam)         
Kamputala       : jawablah …!!!
Artapura          : teguhkanlah keyakinanmu..
Sarfa              : ayah, jika ini mememang ini jodohku aku akan menerimanya asalkan hal ini takkan menyakiti perasaan bunda, ayah, dan terutama zarlah kakak yang begitu ku sayang.
Zarla                : ketauilah sarfa, aku bahagia melihatmu bahagia…
Sarfa                : kaakkaaak…maafkan aku, aku tak bermaksud,,,
Zarlah              : sudahlah..ini adalah takdirmu!!.
Kamputala       : baiklah, kalau begitu datanglah kembali kesini saat bulan melingkar penuh dilangit.
Artapura         : aku akan pasti kembali, dan ku mohon paman mau menjagakan sarfa untukku, dan untukmu zarlah aku mohon maaf engkau pasti mendapatkan cinta sejatimu. Aku tak pernah bermaksud menyakitimu atau siapapun.Permisi paman, ibu dan semua yang telah hadir disini.
Artapura menghilang dikegelapan malam.Kamputala dan semua hadirinpun bubar karena ritual kamomose telah usai.

BABAK III
Kamputala duduk bersila di ruang tamu rumahnya, ia kelihatan gelisah karena seminggu lagi artapura akan datang melamar sarfa. Di tangannya ada selembar surat yang digenggamnya etar.
Kamputala       : oh ..Tuhan, berikanlah ketenangan batin yang mencerahkan jiwa dan nafsuku.Aka tak ingin salah dalam memutuskan. Mengapa berat nian cobaan yang kau beri…aku senang sekaligus sedih, sebab..aku tak mungkin menjilat ludah yang telah ku buang..tak mungkin, tetapi jika aku tetap memaksa, aku akan menanam dosa yang dilaknat olehmu Tuhan. Ibrahim, mengapa kau kirimkan surat ini saat kebahagiaan akan berlabuh di negeriku. Dosa lamaku, dosa lamakulah yang kini menghantui jiwaku. Oh..kini baru kurasakan karma atas perbuatanku.
Tiba-tiba sowite masuk.
Sowite              : kamputala, apakah yang kau pikirkan..kelihatanya kau sangat bingung.
Kamputala       : ya, ada beban yang menusukku akibat dosa lamaku.
Sowite              : apa maksudmu.??Dosa lama?? Dosa apa yang telah kau buat??
Kamputala       : ini adalah akibat dari nafsu yang mengelora saat aku muda dulu.
Sowite              :maksudmu ??
Kamputala       : ini, bacalah surat ini.
Sowite membaca dengan seksama surat itu.
Sowite              : apakah isi surat ini benar kamputala.
Kamputala       : aku percaya pada Ibrahim, ia adalah orang yang jujur. Dan memang waktu dulu aku pernah memiliki seorang kekasih sebelum aku di jodohkan dengan Salima.
Sowite              : janganlah kau lanjutkan pernikahan itu, jika kau tak mau petaka menghancurkan negerimu.
Kamputala    : tapi, aku telah berjanji…untuk menikahkan sarfa dengan artapura. Apakah aku harus mengahancurkan kebahagiaan anakku..
Sowite              : sadarlah..artapura juga anakmu…anak dari hubungan gelapmu di waktu muda. Ini adalah karma. Dan jika kau menikahkan mereka…seumur hidupmu kamu akan dihantui rasa bersalah. Ini adalah dosa yang di laknat Tuhan..
Kamputala      : aku..aku bingung wite, aku bingung..mengapa petaka ini begitu menguras hati…baiklah wite, panggillah salima. Aku mau membertiahukan hal ini kepadanya.
Sowite keluar memanggil salima. Tak lama kemudian ia kembali bersama salima. Salima dan sowite masuk terburu-buru
Salima         : mengapa kanda memanggilku terburu-buru. Adakah hal penting yang hendak kanda bicarakan.
Kamputala       : ya, salima..
Salima              : apakah itu kanda, katakanlah..!!!
kamputala        : tapi, kau harus kuat menahan jiwamu,ketika kau mendengar berita ini.
Salima              : janganlah ada rahasia diantara kita kanda.
Kamputala       : baiklah..dinda, kita harus membatalkan pernikahan sarfa dan artapura.!!
Salima              : apa maksud perkataanmu kanda, seminggu lagi artaputa akan datang meminang sarfa.
kamputala     : itulah sebabnya..artapura..artapura adalah anakku dari hasil hubungan gelapku dengan kekasih lamaku..sebelum aku menikah denganmu dinda..
salima         :aaa……aaapa…artapura anakmu ?? ( salimaterlihat hamper pingsan, tetapi ia mencoba menguatkan diri)
kamputala        : ya, dinda..ini adalah karmaku yang telah berdosa di masa lalu.
Sowite           : ini surat dari Ibrahim.artapura adalah anak kamputala. Ibrahimlah yang merawat anak itu hingga besar.
Kamputala       : maafkanlah aku dinda.
Salima              : dosamu terlalu besar kanda. Terlalu besar..tetapi kita akan menanam dosa yang lebih besar lagi ketika kita menikahkan sarfa dengan artapura.
Kamputala       : apakah kau memaafkanku??
Salima           : Tuhan saja bisa memaafkan…mengapa aku sebagai hambanya tak bisa. Aku memaafkanmu kanda. Kini mari kita cari cara untuk mencegah dosa ini berlanjut.
Sowite            : sebaiknya kita memberi tahu zarlah dan sarfah.
Salima        : ya, sepertinya itu lebih baik. Barangkali saja sarfah bisa paham dan mau membatalkan pernikahannya. Aku akan memangil mereka berdua.
Salima keluar dan masuk kembali bersama sarfah dan zarlah.
Kamputala       : anakku, kemarilah..
Sarfah              :ada apa ayah memanggil kami.
Zarlah              : ya, ada apa ayah..mengapa ayah kelihatan bingung.??
Salima              : aku harap..kalian dapat tegar mendengar berita ini.
zarlah               : ayah, katakanlah, apakah yang kalian rahsiakan.
Kamputala       : terutama kamu sarfah…kuatkanlah hatimu,,
Sarfah              : apa maksud ayah..
Kamputala       : ayah ..ayah akan membatalkan pernikahanmu dengan artapura..
Sarfah              : mengapa ayah,..mengapa ayah mau membatalkan pernikahanku.
Salima              : pokoknya pernikahan itu harus dibatalkan.
Sarfah              :tidak..tidak bunda..aku tak mau..
Kamputala       : maafkan aku anakku, tetapi itu adalah jalan terbaik untukmu dan semuanya.
Zarlah        : ayah tidak bisa memutuskan seperti itu. ayah akan menghancurkan kebahagiaan sarfah.mengapa ayah begitu tega..apa dosa dan salah sarfah..
Kamputala       : ini adalah dosaku anakku, bukan dosamu.dan sarfah.sowite berikan su….
Zarlah            : tapi ayah, ayah bukan hanya menghancurkan kebahagiaan sarfa, tetapi ayah akanmeyatimkan anak yang di kandung sarfa. Ketahuilah ayah.Sarfa kini tengah mengandung.
Salima              : apa..iiiii..ia mengandung..ia mengandung anak siapa.
Sarfah              : anak artapura bunda, anak dari rasa cinta kami yang tak terbendung…dan aku bersumpah akan menjaga anak kami dengan mempertaruhkan nyawaku..aku akan selalu menjaganya. ( sarfah lalu pergi keluar)
Kamputala       : ohhh………karma apa lagi yang kuderita Tuhan..
Sowite              : tenanglah kamputala
Kamputala       : bagaimana aku bisa tenang wite, berat sekali petaka ini.
Salima              : apa yang telah kau perbuat sarfa..mengapa kau berbuat seperti itu,,
Zarlah              : tenanglah bunda, ia hanya mau mempertahankan cintanya.
Kamputala       : cintanya adalah karma anakku, karma yang akan menghancurkan negeri ini.
Zarlah              : apa  maksud ayah ??
Sowite              : bacalah surat ini.!!
Zarlah              : surat, bukankah surat ini adalah surat dari ayah artapura. Aku yang memberikannya kepada ayah bukan ??
Kamputala       : bacalah isi surat itu anakku.!!
Zarlah              : aaaaa…apa..mengapa ..mengapa bisa begini ayah..
Salima              : ini adalah karma dari dosa masa lalu…
Zarlah              : maafkan aku ayah, bunda aku tak tahu kalau ini alasan ayah membatalkan pernikahan itu…
Kamputala       : sudahlah anakku, ini adalah takdir dan karma..zarlah, carilah sarfa, ajak ia pulang segera, agar kita dapat menjelaskan semuanya.

BABAK IV
Ruang tamu sepi, tiba-tiba zarlah muncul sambil berteiak.
Zarlah              : ayah..ayah….bunda…bunda…dimana kalian…cepatlah kemari…cepatlah..
Sowite              : ada apa zarlah, mengapa kau teriak memanggil ayah bundamu.
Zarlah              : paman, dimana ayah dan bunda??
Kamputala       : ada apa zarlah, mengapa kau teriak
Salima              : ya, ada apa ??
Zarlah              : ayah, sarfah pergi dengan artapura.
Salima              : apa ???
Kamputala       : Tidaak..hal ini tidak boleh terjadi…sowite jagalah salima, aku akan mencari mereka berdua.
Zarlah              : mereka tadi bertemu di kali ayah disanalah tempat mereka bertemu selama ini..sepertinya mereka belum jauh.
Kamputala       : aku akan ke sana sekarang.!!!
Salima              :janganlah kau bawa amarahmu bersamamu kanda.
Kamputala       : iya, dinda aku akan mencoba menahan emosiku.
Sarfah              : aku akan menjaga bunda.
Kamputala keluar dengan tergesa-gesa.
Sowite              : tenangkanlah pikiranmu salima, semoga petaka tidak menghancurkan keluarga ini.!!
Salima              : semoga saja wite, dan aku akan berusaha setegar mungkin. Zarlah kemarilah…maafkan ayahmu..maafkanlah ia, ini akibat dosa  masa lalunya. Dan sebaiknya ia sendiri yang menyelesaikannya.
Sowite              : zarlah!! Ajaklah bundamu istirahat di kamar..kalau sampai ia belum pulang sampai jam sepuluh, kita susul mereka.
Zarlah              : baiklah paman.

BABAK V
Sarfah dan artapura duduk diatas sebongkah kayu.Malam semakin larut.
Sarfah              : ayah, ayah arta, mengapa ayah menarik janji yang telah ia ucapkan.
Artapura          ; sudahlah, janganlah kau pikirkan itu.entah ayah setuju atau tidak. Aku pasti akan tetap menikahimu..Tuhan yang mempertemukan kita, cinta yang mempertahankan kita…oh..Tuhan..dengarkanlah doa dari cinta yang tak direstui ini.
Sarfah              : apakah cinta kita akan terjaga selamanya arta??
Artapura          : percayalah padaku, ku akan menjagamu hingga akhir waktu menjemputku.
Sarfah              : jika akhir waktu menjemputmu..aku pasti akan ikut bersamamu.
Artapura          : aku pun demikian. meski dunia tak merestui..aku tak peduli…
Sarfah              : begitu besar pengorbananmu arta..
Kamputala tiba –tiba muncul.
Kamputala       : sartah…artapura..kemarilah..
Artapura          : maaf, ayah..biarkanlah kami menjalani hidup kami..
Kamputala       : janganlah kau dibutakan oleh cinta kalian..
Sarfah              : inilah takdir kami..cinta kami…kami akan selalu menjaganya ayah.
Kamputala       : tapi cinta kalian adalah dosa yang akan menghancurkan segalanya.
Artapura          : begitu besar cintaku pada sarfah, aku tak akan melepaskan cintaku ayah..
Sarfah              : biarlah kami pergi ayah..
Kamputala       : TIDAK..jika kalian tetap mempertahankan cinta kalian..aku akan membunuh cinta itu..kini memang sudah saatnya ku akhir dosa ini.
Sarfah              : ayah, mengapa ayah membenci cinta kami.
Kamputala     : bukan anakku, aku tak membenci cinta kalian..aku hanya membenci akan takdir yang mempertemukan kalian. Meski takdir ini adalah karmaku. Dan kau artapura bersiaplah..!!!
Artapura          :seandainyaayah merestui cinta ini, takkan ada air mata dan hati terluka..malam ini ayah..
Kamputala       : bersiaplah…
Pertarungan pun berlangsung….
Sarfah           : ayah….hentikanah pertarungan ini…biarkanlah kami merajut cinta suci kami..oh..Tuhan, mengapa semua ini harus terjadi..salahkah jika cinta kami yang berbuah kasih sayang..ayah..ayah….hentikanlah…jika memang ayah tak merestui cinta kami..aku yang akan pergi meninggalkan kalian. ( sarfah mengambil keris pisau yang dibawanya dan menusukkan di jantungnya)
Kamputala       : tidak..tidak  anakku..jangan kau lakukan itu..
Sarfa                : mmaa…..ma….maafkanlah aku ayah..aku hanya ingin mempertahankan cintaku..
Kamputala    : TIDAK Anakku, cintamu tak salah…aku yang salah..mengapa kau tak pernah mau mendengarkan penjelasanku..
Artapura          ; seperti janjiku sarfa, aku pun akan ikut denganmu…
Kamputala     : tidak..tidak..tidak…engkau jangan melakukan hal itu artapura…oh…Tuhan…mengapa harus berakhir seperti ini..mengapa..buah dari dosaku seharusnya aku yang tanggung..bukan anak-anakku….betapa malang perjalanan akhir cerita ini..
Salima, sowite, dan zarlah muncul…
Zarlah              : ayah, ayah..apa yang terjadi..mengapa bisa sampai begini.
Salima              : tiiidaakkkk…anakku sarfah….
Kamputala       : maafkan aku dinda, maafkan aku zarlah..ayah tak sangka akan terjadi seperti ini..
Zarlah              : maaf, maafkan aku sarfa, maafkan aku, aku yang telah membuat penderitaan ini. Andai aku tak memberikan surat itu kepada ayah, semua takkan pernah terjadi. Aku yang merenggut kebahagiaanmu, aku yang membunuh cintamu.Sekali ini begitu banyak air mata yang ku korbankan. Oh Tuhan mengapa cinta membutakan hati. Mengapa Cinta menguras hati. Mengapa cinta terlarang ini harus mengorbankanmu dan   kekasihmu artapura..maafkan aku sarfa, maafkan aku.
Music instrumental mengalun lembut, menutup malam di negeri itu.

LAYAR TERTUTUP






Tidak ada komentar:

Posting Komentar