SEBUAH
DRAMA TRAGEDI
“
TRAGEDI PURMANA“
Penulis
Naskah : RUSLAN
PARA PEMAIN:
Kepala adat kamputala ( ABIDIN )SalimaSowiteArtapuraZarlahSarfaAnggraeni ( adik)Para penari
BABAK I
Laut teduh, angin berhembus sepoi
menemani senja yang sebentar lagi menutup hari.Terlihat dua orang pemuda
berdiri di pinggir pantai sambil menapati kilauan emas gemawan di ufuk barat.
anggraeni : Menurut berita yang ku dengar, esok
di kampung seberang akan diadakan ritual adat kamomose untuk mencarikan jodoh
putri kepala adat kamputala. Tidakkah kakak berminat mengikuti ritual tersebut
?bukankah sekarang kakak sudah siap mencari pendamping hidup ?
Artapura : benar dik, memang aku sudah siap
mencari pendamping hidup. Tetapi aku tak ingin terburu-buru.Ketahuilah dik,
mencari pendamping hidup ibarat kita memilih perahu yang tepat untuk
berlayar.Ia harus mampu menahan goncangan ombak yang mungkin saja datang tak
diduga. Ia harus dapat bertahan dalam keseimbangan ketika laut melepaskan
muntahan-muntahan riak yang menggelora. Dan layarnya pun harus mampu memahami arah angin menuju
pulau impian yang menjadi tanah harapan. Bukan mengikuti arah angin yang
menjadi luapan emosi yang dapat mengaramkan kapal.Seperti itulah dik, seperti
itulah pemnamping hidup yang kudambakan.Aku ingin pendamping hidupku dapat
menjadi tanah dalam jiwaku dan aku menjadi rumah yang melindunginya dari
terpaan cuaca yang mengancam. dik, dapatkah aku memperoleh pendamping hidup
yang begitu mempesona seperti yang ku ingin kan ?
anggraeni : memang benar yang kakak katakan.
Menurutku, hal itu adalah mimpi dari semua orang. Dan mungkin saja kakak dapat
menemukan istri seperti itu di acara ritual itu. Jika memang tuan percaya,
keajaiban selalu hadir dalam ketelusan kita dalam meminta. Sebab, Tuhan adalah
maha mengetahui, yang tahu akan keinginan hambanya, tetapi Tuhan hanya menunggu
kapan dan untuk siapa keajaiban itu diberikan. Berdoalah kak, semoga kakak
menjadi salah satu hamba pilihan yang diberi keajaiban.
Aratapura : ya, aku akan selalu berdoa untuk
mendapatkan istri yang kuimpikan.
anggraeni : jadi, bagaimana kak ?apakah kakak
akan pergi keritual itu.
Artapura : ada sedikit keraguan yang
membebaniku dik!.
anggraeni : hal apa yang membuat kakak menjadi
ragu ?
Artapura : keraguan akan adat yang kini mengikat
di negeri kita.
anggraeni : oh…jadi kakak takut akan adat
kebiasaan yang mengharuskan kita untuk tidak memilih. Kak Apakah kita harus terikat akan kebiasaan yang
telah banyak menghancurkan bingkai rumah tangga
dari sepasang manusia yang dibangun diatas kepatuhan bukan rasa cinta
yang tulus dari dalam hati ? kak, rezeki, mati dan jodoh adalah kuasa yang
Illahi, sadarlah akan itu kak. Maaf, bukannya aku menentang adat yang telah
lama mengendap di negeri kita, hanya saja aku ingin kita dapat melihat dunia
dari berbagai penjuru langit.Sebab dari sanalah kita akan dapat melihat betapa
luasnya anugrah yang Tuhan limpahkan kepada hambanya.
Artapura : seluas itukah pemikiranmu dik, aku
sangat lemah dalam cakrawala pemikiran
yang bijaksana.
anggraeni : dan satu hal lagi kak, keraguan akan
menjadi duri kekecewaan yang membunuh kepercayaan diri kakak. Hey..lihatlah kak,
ada bintang jatuh ke negeri itu. Mungkin ini pertanda bahwa takdir cinta kakak
berada di sana!!!
Artapura : pertanda?
Anggraeni : iya kak, pertanda!
Artapura : Ya, mungkin bintang itu adalah
pertanda.
anggraeni : jadi, bagaimana kak ??apakah kakak
akan pergi mengikuti ritual kamomose itu ?
Artapura : hmmmm…baiklah dik, persiapkan segala
keperluanku untuk mengikuti ritual tersebut. Aku sadar Doa tak akan pernah
terkabul jika kita hanya duduk diam menunggu keajaiban. Takdir cinta mesti kita
gapai dengan usaha yang tulus.
anggraeni : baiklah aku akan mempersiapkannya.
Artapura : satu hal lagi dik, persiapkanlah pakaian seperti rakyat biasa, sebab aku tak mau
ada yang mengetahui tentang asal-usulku. Apakah kau dapat mengerti?
anggraeni : ya kak, aku akan mempersiapkan
segalanya. Dan seperti kata kakak, aku akan membawa bekal seadanya saja.
Artapura : senja telah berlalu, kini malam
sudah menerangi cakrawala negeriku. Semoga, harapanku seterang cahaya malam
yang memegahi negeriku malam ini. Tuhan, biarkanlah malam membelai jiwaku dalam
lembut buaian bunda, agar aku dapat mempersiapkan diriku untuk mengarungi
samudramu esok. Dan berikanlah sejumput keajaibanmu untukku, sehingga aku dapat
merangkul mimpiku yang kupahat dalam relung mata hatiku. Mari kita pulang untuk
beristirahat. Sebab besok aku akan
menempuh perjalanan yang cukup jauh.
anggraeni : baiklah kak, aku pun harus
mempersiapakan perbekalan yang akan kakak bawa besok.
BABAK II
Terlihat beberapa perempuan duduk
berjejeran di sebuah pelataran.Di depannya, terlihat Loyang berisikan lilin
sebagai penerang dalam ritual kamomose.Salah satu dari perempuan itu adalah
zarlah.Anak perempuan kamputala.Wajahnya cukup jelita.Memakai kain daerah
berwarna kuning menyala.Indah menawan memeriahkan malam yang bernyanyi bersama
ritual kamomose.Kepala adat kamputala, sowite, sarfah adik zarlahdan istri
kepala adat kamputala duduk bersila diantara para tamu undangan.
Kamputala : terimakasih atas kehadiran kalian semua
di sini. Sebelumnya, terimalah persembahan tarian sebagai ucapan penyambutan
bagi kalian semua.
Beberapa perempuan yang duduk
berjejeran tadi lalu menari. Tarian yang dibawakan adalah tarian balumpa yang dipersembahkan sebagai
hiburan penyambutan untuk para tamu undangan.artapura berdiribersama para
hadirin yang mengikuti ritual.musik gambus mengiringi tarian.
Kamputala : baiklah, sowite, mulaikanlah ritual kamomose seperti adat
kebiasaan kita.!!!
Sowite : baik tuanku, aku akan
memulainya. ( soeite memulai membacakan doa sebelum memulai ritual kamomose).
Kamputala : baiklah para hadirin, silahkan kalian
mengambil kacang yang telah disediakan. Lemparlah kacang tersebut ketempat yang
menurut kalian kelak akan menjadi
tambatan hatimu.
Ritual kamomose mulai dilakukan,
para hadirin serentak berebut kacang yang telah disediakan. Artapura pun ikut mengambil kacang yang disediakan tetapi
ia hanya menggenggam kacang tersebut dan menyimpanya di kantong bajunya. Setelah
semua hadirin melempar kacang dan kembali ketempatnya masingmasing. Kepala
kampung kamputala mulai mengumumkan
maksud utama ia mengadakan ritual kamomose ini.
Kamputala : sekarang, waktunya aku umumkan
maksud aku mengadakan ritual kamomose ini. Sebentar lagi, usia
putriku Zarlah akan menginjak usia dua puluh dua tahun. Dan menurutku, kini ia
sudah layak memiliki pendamping hidup yang akan melindunginya. Olehnya itu, aku
mengadakan ritual kamomose ini untuk mencarikan pendamping hidup untuk Zarlah.
Karenanya, jika diantara para hadirin
ada yang siap mengdampingi putriku maka dengan tangan terbuka aku
akan memeberikan kesempatan padanya
untuk mencoba. Dengan satu syarat, ia harus
mampu mengalahkanku dalam pertarungan
silat.
Sowite : tunjukkanlah kehebatan kalian,
siapa pun kau yang berani memetik kembang negeri ini. Ayo, buktikan kejantanan
kalian!!!
Kamputala : sipakah diantara kalian yang berani ??
Tiba
–tiba artapura maju kedepan dan menawarkan diri untuk melawan kamputala
Artapura
: wahai tuanku dengan kerendahan
diri, bolehkah aku memetik bulan yang kini menghiasi petala langit negerimu??
Kamputala : siapakah dirimu wahai anakmuda?
Artapura : aku hanyalah sebiji pasir yang hendak menjadi benteng penguat dari negerimu
yang elok ini!!!
Sowite : hmmmm. Apa kau sudah memikirkan
matang-matang dengan niatmu itu. Ketahuilah, tuanku ini orang yang paling
pandai bersilat dari semua pesilat-pesilat yang ada dinegeri ini..!!!
Artapura
: aku hanya mencoba, setelahnya
hanya takdir yang akan menentukan !!!
Sowite : ah….. lagakmu terlalu berlebihan. Tuanku, biarkan
aku yang mendinginkan gelora pemuda ini.
Kamputala
: tidak sowite aku kagum akan
keberanian pemuda ini. Biarkan aku sendiri yang akan menunjukankejantanan dari negeri kita ini.
Artapura
: maaf tuanku, jika tadi tuanku
memberikan syarat dalam perjodohan ini, bolehkah aku meminta pula sebuah
permintaan jikalau aku menang dalam pertarungan kelak???
Kamputala
: apakah permintaanmua itu wahai
pemuda??
Artapura
: setelah pertarungan baru aku meminta..!!
Kamputula : hhmmmm, baiklah aku akan mengabulkan
permintaan itu.
Artapura
: sekali lagi maaf atas
kelancanganku untuk melawan tuanku yang sangat dihormati di negeri ini.
Kamputula
: mulailah wahai anak muda!!!!
Terjadi pertarungan yang cukup sengit
antara kamputala dan artapura.Jurus silat di layangkan oleh keduanya.Setelah
beberapa lama bertarung, akhirnya artapura dapat mengalahkan
kamputala. Pertarunganpun selesai.
Salima : bagaimanakah keadaanmu kanda? Apakah kanda baik-baik
saja?
Kamputala : aku baik-baik saja dinda, pemuda ini
sangat tangguh, memang dia selayaknya
mendapatkan kemenangan dalam pertarungan ini.
Salima
: aku tetap kagum kepadamu
kanda. Kanda telah memberikan perlawanan yang seimbang meski kanda kalah dalam
pertarungan tadi (tuan kamputala menoleh kearah artapura)
Kamputala
: dari gaya bertarungmu kamu
bukanlah orang yang sembarangan katanlah siapakah sebenarnya dirimu?
Artapura
: aku hanyalah pemuda yang datang
dari negeri sembrang!!
Kamputala
: jujurlah wahai anak muda, aku tahu
engkau tak seperti rakyat yang lainnya.
Artapura
: baiklah, aku adalah artapura.
Putra dari sultan Imbrahim mauled dari negeri sebrang.
Kamputala
: haa… betulkah apa yang kau katakan
anak muda..???
Artapura
: iya Tuanku…
Kamputala
: Berarti…berarti kamu adalah putra
sahabatku, Sultan Ibrahim maulid adalah sahabat lamaku. Wahai pemuda, ternyata
dunia ini sangat sempit.Putra dari sahabatku kini berada di negeriku.Betapa
beruntungnya aku.
Artapura
: oh..maafkan aku telah lancang
berani melawan sahabat ayahku sendiri. Maafkan aku.paman (artapura
membungkukkan badannya kearah tuan kamputala)
Kamputala
: sudahlah, aku tak mempersoalkannya,
dan memang, kamu telah mewarisi ilmu silat dari ayahmu ia memang petarung yang
tangguh.
Artapura
: paman terlalu berlebihan
menilaiku dan ayahku.
Kamputala
: oh iya, ini anakku zarlah. Ia yang
akan kucarikan jodoh malam ini.lihatlah ia sangat cantik bukan.?
Zarlah
: ah ayah, kenapa ayah
berkata begitu??
Kamputala
: memang benarkan !
Artapura
: ya seperti kata ayahmu kamu
memang cantik. Rembulan pun akan malu bila berada di dekatmu
Zarlah
: masih banyak yang cantik
disini. Lihatlah adikku sarfa, dia cantik juga kan??
Salima
: sudahlah, jangan kalian
berdebatkan itu sekarang mari kita menjamu anak dari sahabatmu kanda.
Kamputala
: benar katamu dinda. Oh iya, ini
sarfa adik zarlah. Sarfa !!!
Sarfa
: salam, tuan artapura …
Artpura
: keberadaan mereka berdua
menghidupkan malam yang gelap dinegerimu paman. Oh betapa indahnya dua insan
yang kau asuh paman. Dan betapa beruntungnya aku yang sempat hadir di negerimu
malam ini.
Kamputala
: takdirlah yang membawamu ke sini..
Artapura
: sepertinya memang begitu paman
Kamputala
: oh iya, katakanlah permintaanmu
yang telah kamu ajukan tadi ..!!
Salima
: aku berharap kamu memilih bulan yang tetap
dan dapat mendampingimu dimalam dan siangmu wahai anak muda, putra Ibrahim,
sahabat suamiku. Putriku adalah anak yang baik, berbakti kepada orang tua
dan idaman dari setiap lelaki.
Artapura
: boleh kah aku memanggilmu ibu?
Salima
: tentu bisa anakku, kini kau
berhak memanggilku ibu. Bukankah engkau anak dari sahabat suamiku.
Artapura
: maafkan aku ibu, pilihanku
adalah jiwaku.
Salima
: apakah dari maksud dari
ucapanmu itu?? Apakah kamu menolak putriku sebagai calon istrimu??
Artapura
: maafkan kelancanganku ibu, aku
memilih berdasarkan kata hatiku, zarlah anak yang baik yang senantiasa berbakti
pada orang tua. Tetapi, kejujuranku memilih orang lain sebagai pendamping
hidupku dan seperti apa yang telah kuajukan tadi,aku boleh meminta sebuah
permintaan jika aku menang dalam pertarngan tadi. Dan permintaanku, aku meminta sarfa sebagai calon istriku.
(kacang yang digenggamnya tadi lalu dilemmparkan kea rah sarfa). Ia, akan ku
pinang sebagai calon istriku.
Kamputala : apakah kamu tidak salah memilih??
Artapura
: dengan segenap kesadaranku aku
memilihnya, paman..
Kamputala
: tetapi, zarlahlah yang akan
dicarikan jodoh, bukan sarfa,.Ketahuilah putriku Zarlah lebih dari segalanya.
Artapura
: hanyalah tuhan yang berhak
menilai..
Salima
: tetapi, engkau adalah anak
dari sahabat suamiku dan jika ayahmu tahu kami ingin menikahkanmu dengan anak
kami zarlah tentunya ia sangat bahagia.dan
maaf bukannya aku tak merestuimu dengan sarfa..Cuma ..sarfa masih belum cukup
dewasa untuk menikah.
Artapura
: mungkin benar apa yang ibu
katakan, ayah mungkin akan bahagia, tetapi ini bagian dari jalan hidupku yang
akan mejalaninya adalah aku sendiri, bukan orang lain. Dan menurutku ini lah
yang terbaik.Paman pun tadi sudah berjanji untuk mengabulkan permintaaku jika
aku menang.
Kamputala
: engkau telah mengecewakanku
anakku!!
Artapura
: maafkanlah aku yang tak penurut
ini. Tetapi inilah pilihanku !!
Salima
: pertimbangkanlah pilihanmu
itu anakku….
Artapura
: tak ada lagi yang dipertimbangkan
ibu, tekadku sudah bulat.
Zarlah
: sudahlah ayah,..biarkan
artapura memilih sarfa, aku iklas menerima semuanya,..
Salima
: ritual ini untuk mencarikan jodoh
buatmu!!!
Zarlah
: aku tahu bunda, tetapi ini
pilihan artapura. Kita tak berhak memaksanya.
Kamputala
: artapura, sekali lagi aku bertanya
apakah tekadmu sudah bulat untuk meminang sarfa
Artapura
: dengan segenap jiwaku paman.
Kamputala
: sarfa, apakah kau mau menerima
penjodohan ini..
Sarfa : ( hanya terdiam)
Kamputala
: jawablah …!!!
Artapura
: teguhkanlah keyakinanmu..
Sarfa
: ayah, jika ini mememang
ini jodohku aku akan menerimanya asalkan hal ini takkan menyakiti perasaan
bunda, ayah, dan terutama zarlah kakak yang begitu ku sayang.
Zarla
: ketauilah sarfa, aku
bahagia melihatmu bahagia…
Sarfa
: kaakkaaak…maafkan aku,
aku tak bermaksud,,,
Zarlah : sudahlah..ini adalah takdirmu!!.
Kamputala
: baiklah, kalau begitu datanglah
kembali kesini saat bulan melingkar penuh dilangit.
Artapura
: aku akan pasti kembali, dan ku
mohon paman mau menjagakan sarfa untukku, dan untukmu zarlah aku mohon maaf
engkau pasti mendapatkan cinta sejatimu. Aku tak pernah bermaksud menyakitimu
atau siapapun.Permisi paman, ibu dan semua yang telah hadir disini.
Artapura menghilang dikegelapan
malam.Kamputala dan semua hadirinpun bubar karena ritual kamomose telah usai.
BABAK III
Kamputala duduk bersila di ruang
tamu rumahnya, ia kelihatan gelisah karena seminggu lagi artapura akan datang
melamar sarfa. Di tangannya ada selembar surat yang digenggamnya etar.
Kamputala : oh ..Tuhan, berikanlah ketenangan batin
yang mencerahkan jiwa dan nafsuku.Aka tak ingin salah dalam memutuskan. Mengapa
berat nian cobaan yang kau beri…aku senang sekaligus sedih, sebab..aku tak
mungkin menjilat ludah yang telah ku buang..tak mungkin, tetapi jika aku tetap
memaksa, aku akan menanam dosa yang dilaknat olehmu Tuhan. Ibrahim, mengapa kau
kirimkan surat ini saat kebahagiaan akan berlabuh di negeriku. Dosa lamaku,
dosa lamakulah yang kini menghantui jiwaku. Oh..kini baru kurasakan karma atas
perbuatanku.
Tiba-tiba sowite masuk.
Sowite : kamputala, apakah yang kau pikirkan..kelihatanya kau
sangat bingung.
Kamputala : ya, ada beban yang menusukku akibat dosa lamaku.
Sowite : apa maksudmu.??Dosa lama?? Dosa apa yang telah kau
buat??
Kamputala : ini adalah akibat dari nafsu yang mengelora saat aku muda
dulu.
Sowite :maksudmu ??
Kamputala : ini, bacalah surat ini.
Sowite membaca dengan seksama
surat itu.
Sowite : apakah isi surat ini benar kamputala.
Kamputala : aku percaya pada Ibrahim, ia adalah
orang yang jujur. Dan memang waktu dulu aku pernah memiliki seorang kekasih
sebelum aku di jodohkan dengan Salima.
Sowite : janganlah kau lanjutkan
pernikahan itu, jika kau tak mau petaka menghancurkan negerimu.
Kamputala : tapi, aku telah berjanji…untuk
menikahkan sarfa dengan artapura. Apakah aku harus mengahancurkan kebahagiaan
anakku..
Sowite : sadarlah..artapura juga
anakmu…anak dari hubungan gelapmu di waktu muda. Ini adalah karma. Dan jika kau
menikahkan mereka…seumur hidupmu kamu akan dihantui rasa bersalah. Ini adalah
dosa yang di laknat Tuhan..
Kamputala : aku..aku bingung wite, aku
bingung..mengapa petaka ini begitu menguras hati…baiklah wite, panggillah
salima. Aku mau membertiahukan hal ini kepadanya.
Sowite
keluar memanggil salima. Tak lama kemudian ia kembali bersama salima. Salima
dan sowite masuk terburu-buru
Salima : mengapa kanda memanggilku terburu-buru.
Adakah hal penting yang hendak kanda bicarakan.
Kamputala : ya, salima..
Salima : apakah itu kanda,
katakanlah..!!!
kamputala : tapi, kau harus kuat menahan jiwamu,ketika
kau mendengar berita ini.
Salima : janganlah ada rahasia diantara
kita kanda.
Kamputala : baiklah..dinda, kita harus membatalkan
pernikahan sarfa dan artapura.!!
Salima : apa maksud perkataanmu kanda,
seminggu lagi artaputa akan datang meminang sarfa.
kamputala : itulah sebabnya..artapura..artapura
adalah anakku dari hasil hubungan gelapku dengan kekasih lamaku..sebelum aku
menikah denganmu dinda..
salima :aaa……aaapa…artapura anakmu ?? (
salimaterlihat hamper pingsan, tetapi ia mencoba menguatkan diri)
kamputala : ya, dinda..ini adalah karmaku yang
telah berdosa di masa lalu.
Sowite : ini surat dari Ibrahim.artapura
adalah anak kamputala. Ibrahimlah yang merawat anak itu hingga besar.
Kamputala : maafkanlah aku dinda.
Salima : dosamu terlalu besar kanda.
Terlalu besar..tetapi kita akan menanam dosa yang lebih besar lagi ketika kita
menikahkan sarfa dengan artapura.
Kamputala : apakah kau memaafkanku??
Salima : Tuhan saja bisa
memaafkan…mengapa aku sebagai hambanya tak bisa. Aku memaafkanmu kanda. Kini
mari kita cari cara untuk mencegah dosa ini berlanjut.
Sowite : sebaiknya kita memberi tahu
zarlah dan sarfah.
Salima : ya, sepertinya itu lebih baik.
Barangkali saja sarfah bisa paham dan mau membatalkan pernikahannya. Aku akan
memangil mereka berdua.
Salima
keluar dan masuk kembali bersama sarfah dan zarlah.
Kamputala : anakku, kemarilah..
Sarfah :ada apa ayah memanggil kami.
Zarlah : ya, ada apa ayah..mengapa ayah
kelihatan bingung.??
Salima : aku harap..kalian dapat tegar
mendengar berita ini.
zarlah : ayah, katakanlah, apakah yang
kalian rahsiakan.
Kamputala : terutama kamu sarfah…kuatkanlah
hatimu,,
Sarfah : apa maksud ayah..
Kamputala : ayah ..ayah akan membatalkan
pernikahanmu dengan artapura..
Sarfah : mengapa ayah,..mengapa ayah mau
membatalkan pernikahanku.
Salima : pokoknya pernikahan itu harus
dibatalkan.
Sarfah :tidak..tidak bunda..aku tak mau..
Kamputala : maafkan aku anakku, tetapi itu adalah
jalan terbaik untukmu dan semuanya.
Zarlah : ayah tidak bisa memutuskan
seperti itu. ayah akan menghancurkan kebahagiaan sarfah.mengapa ayah begitu
tega..apa dosa dan salah sarfah..
Kamputala : ini adalah dosaku anakku, bukan dosamu.dan
sarfah.sowite berikan su….
Zarlah : tapi ayah, ayah bukan hanya
menghancurkan kebahagiaan sarfa, tetapi ayah akanmeyatimkan anak yang di
kandung sarfa. Ketahuilah ayah.Sarfa kini tengah mengandung.
Salima : apa..iiiii..ia mengandung..ia
mengandung anak siapa.
Sarfah : anak artapura bunda, anak dari
rasa cinta kami yang tak terbendung…dan aku bersumpah akan menjaga anak kami
dengan mempertaruhkan nyawaku..aku akan selalu menjaganya. ( sarfah lalu pergi
keluar)
Kamputala : ohhh………karma apa lagi yang kuderita
Tuhan..
Sowite : tenanglah kamputala
Kamputala : bagaimana aku bisa tenang wite, berat
sekali petaka ini.
Salima : apa yang telah kau perbuat
sarfa..mengapa kau berbuat seperti itu,,
Zarlah : tenanglah bunda, ia hanya mau
mempertahankan cintanya.
Kamputala : cintanya adalah karma anakku, karma
yang akan menghancurkan negeri ini.
Zarlah : apa maksud ayah ??
Sowite : bacalah surat ini.!!
Zarlah : surat, bukankah surat ini adalah
surat dari ayah artapura. Aku yang memberikannya kepada ayah bukan ??
Kamputala : bacalah isi surat itu anakku.!!
Zarlah : aaaaa…apa..mengapa ..mengapa
bisa begini ayah..
Salima : ini adalah karma dari dosa masa
lalu…
Zarlah : maafkan aku ayah, bunda aku tak
tahu kalau ini alasan ayah membatalkan pernikahan itu…
Kamputala : sudahlah anakku, ini adalah takdir dan
karma..zarlah, carilah sarfa, ajak ia pulang segera, agar kita dapat
menjelaskan semuanya.
BABAK IV
Ruang tamu sepi, tiba-tiba zarlah
muncul sambil berteiak.
Zarlah : ayah..ayah….bunda…bunda…dimana kalian…cepatlah
kemari…cepatlah..
Sowite : ada apa zarlah, mengapa kau teriak memanggil ayah
bundamu.
Zarlah : paman, dimana ayah dan bunda??
Kamputala : ada apa zarlah, mengapa kau teriak
Salima : ya, ada apa ??
Zarlah : ayah, sarfah pergi dengan artapura.
Salima : apa ???
Kamputala : Tidaak..hal ini tidak boleh
terjadi…sowite jagalah salima, aku akan mencari mereka berdua.
Zarlah : mereka tadi bertemu di kali ayah
disanalah tempat mereka bertemu selama ini..sepertinya mereka belum jauh.
Kamputala : aku akan ke sana sekarang.!!!
Salima :janganlah kau bawa amarahmu bersamamu kanda.
Kamputala : iya, dinda aku akan mencoba menahan emosiku.
Sarfah : aku akan menjaga bunda.
Kamputala keluar dengan
tergesa-gesa.
Sowite : tenangkanlah pikiranmu salima,
semoga petaka tidak menghancurkan keluarga ini.!!
Salima : semoga saja wite, dan aku akan
berusaha setegar mungkin. Zarlah kemarilah…maafkan ayahmu..maafkanlah ia, ini
akibat dosa masa lalunya. Dan sebaiknya
ia sendiri yang menyelesaikannya.
Sowite : zarlah!! Ajaklah bundamu
istirahat di kamar..kalau sampai ia belum pulang sampai jam sepuluh, kita susul
mereka.
Zarlah : baiklah paman.
BABAK
V
Sarfah
dan artapura duduk diatas sebongkah kayu.Malam semakin larut.
Sarfah : ayah, ayah arta, mengapa ayah
menarik janji yang telah ia ucapkan.
Artapura ; sudahlah, janganlah kau pikirkan
itu.entah ayah setuju atau tidak. Aku pasti akan tetap menikahimu..Tuhan yang
mempertemukan kita, cinta yang mempertahankan kita…oh..Tuhan..dengarkanlah doa
dari cinta yang tak direstui ini.
Sarfah : apakah cinta kita akan terjaga
selamanya arta??
Artapura : percayalah padaku, ku akan menjagamu
hingga akhir waktu menjemputku.
Sarfah : jika akhir waktu
menjemputmu..aku pasti akan ikut bersamamu.
Artapura : aku pun demikian. meski dunia tak
merestui..aku tak peduli…
Sarfah : begitu besar pengorbananmu
arta..
Kamputala
tiba –tiba muncul.
Kamputala : sartah…artapura..kemarilah..
Artapura : maaf, ayah..biarkanlah kami
menjalani hidup kami..
Kamputala : janganlah kau dibutakan oleh cinta
kalian..
Sarfah : inilah takdir kami..cinta
kami…kami akan selalu menjaganya ayah.
Kamputala : tapi cinta kalian adalah dosa yang akan
menghancurkan segalanya.
Artapura : begitu besar cintaku pada sarfah,
aku tak akan melepaskan cintaku ayah..
Sarfah : biarlah kami pergi ayah..
Kamputala : TIDAK..jika kalian tetap mempertahankan
cinta kalian..aku akan membunuh cinta itu..kini memang sudah saatnya ku akhir
dosa ini.
Sarfah : ayah, mengapa ayah membenci
cinta kami.
Kamputala : bukan anakku, aku tak membenci cinta
kalian..aku hanya membenci akan takdir yang mempertemukan kalian. Meski takdir
ini adalah karmaku. Dan kau artapura bersiaplah..!!!
Artapura :seandainyaayah merestui cinta ini,
takkan ada air mata dan hati terluka..malam ini ayah..
Kamputala : bersiaplah…
Pertarungan
pun berlangsung….
Sarfah : ayah….hentikanah pertarungan
ini…biarkanlah kami merajut cinta suci kami..oh..Tuhan, mengapa semua ini harus
terjadi..salahkah jika cinta kami yang berbuah kasih sayang..ayah..ayah….hentikanlah…jika
memang ayah tak merestui cinta kami..aku yang akan pergi meninggalkan kalian. (
sarfah mengambil keris pisau yang dibawanya dan menusukkan di jantungnya)
Kamputala : tidak..tidak anakku..jangan kau lakukan itu..
Sarfa : mmaa…..ma….maafkanlah aku
ayah..aku hanya ingin mempertahankan cintaku..
Kamputala : TIDAK Anakku, cintamu tak salah…aku
yang salah..mengapa kau tak pernah mau mendengarkan penjelasanku..
Artapura ; seperti janjiku sarfa, aku pun akan
ikut denganmu…
Kamputala : tidak..tidak..tidak…engkau jangan
melakukan hal itu artapura…oh…Tuhan…mengapa harus berakhir seperti
ini..mengapa..buah dari dosaku seharusnya aku yang tanggung..bukan
anak-anakku….betapa malang perjalanan akhir cerita ini..
Salima,
sowite, dan zarlah muncul…
Zarlah : ayah, ayah..apa yang
terjadi..mengapa bisa sampai begini.
Salima : tiiidaakkkk…anakku sarfah….
Kamputala : maafkan aku dinda, maafkan aku
zarlah..ayah tak sangka akan terjadi seperti ini..
Zarlah : maaf, maafkan aku sarfa, maafkan
aku, aku yang telah membuat penderitaan ini. Andai aku tak memberikan surat itu
kepada ayah, semua takkan pernah terjadi. Aku yang merenggut kebahagiaanmu, aku
yang membunuh cintamu.Sekali ini begitu banyak air mata yang ku korbankan. Oh
Tuhan mengapa cinta membutakan hati. Mengapa Cinta menguras hati. Mengapa cinta
terlarang ini harus mengorbankanmu dan
kekasihmu artapura..maafkan aku sarfa, maafkan aku.
Music instrumental mengalun
lembut, menutup malam di negeri itu.
LAYAR
TERTUTUP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar