Powered By Blogger

Senin, 03 Desember 2012

proposal penelitian bahasa

BAB I PENDAHULUAN
 1.1 Latar Belakang dan Masalah 
1.1.1 Latar Belakang 
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata bahasa). Berkaitan dengan hal di atas, maka muncullah istilah bahasa gaul. Istilah bahasa gaul, mulai populer pada masyarakat Indonesia sejak tahun 1970-an. Awalnya, bahasa gaul dipakai oleh para preman sebagai bahasa “rahasia” atau bahasa “sandi” di dalam kelompoknya. Bahasa rahasia atau bahasa sandi memiliki fungsi yang sangat berarti bagi kelompok preman karena istilah rahasia yang dipakai para preman, bebas digunakan di tempat manapun tanpa harus takut maksud ucapannya akan dipahami oleh orang lain. Istilah-istilah baru yang selalu memiliki makna khusus itu kemudian disebut sebagai bahasa preman atau lebih dikenal dengan sebutan bahasa prokem. Pada tahun 1990-an, masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya Kota Kendari diramaikan oleh kehadiran berbagai istilah bahasa remaja yang kadang-kadang sangat membingungkan orang lain yang mendengarkan istilah-istilah para remaja tersebut. Beberapa istilah remaja yang sempat populer di tengah-tengah masyarakat Kota Kendari yaitu kodimo (artinya: kamu diam monyet), kodise (kamu diam setan), komodo (kamu diam monyet bodoh), ubi karet (orang yang berwajah jelek), ubi kayu (orang yang berwajah jelek), dan juga janter (jangan terlalu) atau janterententeng (jangan terlalu). Selain istilah-istilah itu, pada akhir tahun 1990 sampai awal tahun 2000, masyarakat kota ini kembali disuguhi istilah kogambar, kolukis, dan kohapus. Istilah-istilah tersebut ramai dipakai oleh para remaja, sebagai bahasa pergaulan di dalam sebuah komunitas, sehingga dengan sendirinya tercipta menjadi istilah atau kosakata bahasa gaul remaja Kota Kendari. Berikut ini beberapa kosakata gaul remaja Kota Kendari, yaitu ngerkun: ngeri kunae, lalo: lambat loading, gatek: gagap teknologi, batik: banyak tingkah, mace: mama cerewet, apel: ayah pelit, telepa: tidak layak pakai, dan burenk: buru rengking. Kita kadang mendengar seorang remaja mengucapkan kata peres (bohong), boring (bosan) bete (bosan; malas), gokil (gila), dan masih banyak lagi yang belum sempat disebutkan. Kosakata gaul tersebut merupakan kosakata bahasa gaul yang diserap dari film, sinetron, dan novel, serta kosakata gaul yang dipakai oleh kalangan selebriti Indonesia. Para remaja menggunakan kosakata tadi dengan motivasi agar mereka dianggap sebagai masyarakat kota, modern, gaul, dan tidak ketinggalan zaman. Selain penggunaan bahasa gaul, kaum remaja di Kota Kendari juga ada yang menyerap kata dari bahasa daerah yang tidak prosedural, misalnya “sa koghen-koghen” (bahasa Muna = Koghendu atau Kaget), “met nach mburi” (mburi dalam bahasa Tolaki = perempuan). Selain bahasa daerah, ada lagi bahasa yang saat ini berkembang pesat pemakainya seperti bahasa Inggris, perancis, mandarin, belanda, jerman dan lain-lain. Adapun kedudukan dari bahasa-bahasa tersebut adalah sebagai bahasa Asing. Dalam kedudukanya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa tersebut di atas tidak memiliki kemampuan atau bersaing dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional maupun bahasa Negara atau dengan kata lain bahasa asing tidak akan pernah menjadi bahasa nasional ataupun bahasa Negara Indonesia. Begitupun dalam kaitannya dengan bahasa daerah. Bahasa aing ini memiliki fungsinya sendiri yaitu sebagai alat perhubungan antarbangsa, alat pembantu pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan. Melihat dari sisi fungsi ketiga bahasa yang berkembang di Indonesia, dapat kita ketahui bahwa semua bahasa tersebut penting dan bermanfaat bagi bangsa kita. Namun yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai ketika kita berusaha menguasai bahasa Asing yang saat ini sedang sangat diminati, atau bahasa daerah maupun bahasa gaul, kita menjadi lupa akan Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia pada kalangan remaja di Mall Mandonga Kendari karena pengaruh dari ketiga bahasa yang sering di gunakan oleh kalangan remaja tersebut telah mempengaruhi penggunaan Bahasa Indonesia. Alasan kenapa kalangan remaja yang menjadi objek penelitian karena pada kalangan remaja inilah yang sering menggunakan bahasa-bahasa tersebut. Alasan kenapa penulis memilh lokasi Mall Mandonga Kendari sebagai lokasi penelitian karena Mall Mandonga kendari merupakan tempat dimana remaja-remaja sering bertemu dan menggunakan ketiga bahasa tersebut.
1.1.2 Masalah 
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan Bahasa Indonesia pada kalangan remaja di Mall Mandonga Kendari.
1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 
1.2.1 Tujuan Penelitian 
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan penggunaan Bahasa Indonesia pada kalangan remaja di Mall Mandonga Kendari
1.2.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: 
1. Pembaca dapat meperoleh wawasan dan pengetahun tentang penggunaan Bahasa Indonesia pada kalangan remaja di Mall Mandonga Kendari. 
2. Pembaca dapat meperoleh wawasan dan pengetahun tentang penggunaan Bahasa Indonesia pada kalangan remaja di Mall Mandonga Kendari.   
BAB II KAJIAN TEORI 
2.1 Teori Sosiolinguistik 
Setiap teori tentu memiliki sebuah landasan agar teori itu dapat dipercaya oleh orang yang hendak menganutnya, demikian juga dengan kajian sosiolinguistik. Dalam teori ini menurut para ahli sosiolinguistik memandang bahwa hakikat bahasa sebagai kajian objek mereka. Hakikat bahasa disini dapat dibagi menjadi dua yaitu interdisipliner dan disipliner. Interdisipliner memiliki sifat yakni makrolinguistik, kajian ini berorientasi pada factor eksternal bahasa. Setelah berkembang kajian interdisipliner lebih mengarah ke sifat dinamika. Sedangkan disipliner memiliki sifat mikrolingustik dan condong kearah sistem internal bahasa. Kajian bahasa memiliki sebuah perangkat yang terbagi atas langue dan parole dimana telah kita ketahui bahwa langue memiliki sifat abstrak dan parole bersifat kongkret. Keduanya akan membentuk dua asumsi dasar kajian bahasa yakni pertama, bahasa dipandang sebagai sistem tanda yang dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang dapat membentuk tata bahasa dan kedua, bahasa dipandang sebagai perangkat tingkah laku yang telah ditransmisikan secara cultural atau dipakai oleh sekelompok individu. Sistem tanda yang mengacu kepada kode ini memiliki dalil yaitu bahasa sebagai sistem komunikasi, bersifat sistematis maupun sistemis, bahasa anak terhadap bahasa pertamanya cukup lengkap. Sedangkan asumsi yang kedua mengarah ke kesejajaran dan korelasi ini juga memiliki suatu paham bahwa bahasa sebagai tingkah laku budaya manusia, didalam masyarakat tutur diperlukan adanya pembaruan, masyarakat tutur selalu ada reaksi subjektif terhadap variasi bahasa, di dalam masyarakat tutur dan masyarakat bahasa terdapat varian bahasa. Selain landasan dan perangkat asumsi kajian bahasa juga memiliki 4 tipe pemerian ilmiah yakni deduktif, probabilistik, fungsional dan genetik. Dimensi-dimensi yang terdapat dalam sosiolinguistik antara lain identitas sosial penutur dan mitra tutur entah dalam hal ini si mitra tutur maupun penutur kebaradaannya segabai bawaan, usaha maupun pemberian. Tempat dan waktu terjadinya komunikasi (tempat dan waktu pembicaraan sangatlah berpengaruh terhadap pemilihan kode dan gaya bertutur seseorang), analisis sinkronik dan diakronik (diwujudkan dalam deskripsi pola-pola dialek sosial baik berdasar pada asal daerah, kelompok sosial, tingkat formalitas maupun berdasar pada perkembangan waktu), penilaian sosial terhadap bahasa (dimensi tersebut berhubungan dengan sikap bahasa yang terdiri atas kognitif, afektif dan pisikomotor), tingkat dan luasnya variasi bahasa (dari hal ini akan terlihat jelas bahwa keheterogenan bahasa sangatlah bisa terwujud, keheterogenan bahasa menyebabkan hadirnya variasi bahasa, ciri ini dibedakan menjadi multidialektal, multilingual, dan multisosietal), dan penerapan praktis yang merupakan bentuk kongkrit kontribusi dari hasil kerja sosiolinguistik. 
2.2 Bahasa dan Interaksi Sosial 
2.2.1 Asal Usul Bahasa Menurut Wundt dalam Hadi, asal usul bahasa manusia adalah isyarat, dengan gerakan, badan, atau suara yang tidak berbentuk. Hendak berpendapat bahwa bahasa tumbuh dari kebutuhan praktis manusia objek yang dalam minggu. Noire berpendapat bahasa adalah kesan yang timbul dari panca indra yaitu pengaruh dari objek (benda-benda yang diamati) terhadap kekuatan panca indra dan juga kapasitas (kemampuan) manusia dalam memindahkan kesan tersebut kepada orang lain. Menurut Noire komunikasi terjadi pertama dalam bentuk isyarat? Emosional dan kedudukan bentuk simbol-simbol yang merupakan kata. 
2.2.2 Fungsi Bahasa dalam Kehidupan Manusia Dalam hubungan dengan hidup sosial manusia bahasa mempunyai beberapa fungsi sosial yaitu komunikasi sosial, kontrol sosial, dan kerja sama sosial. Dalam situasi inilah mereka dipermudahkan dan ditentukan oleh bahasa mereka masing-masing. Fungsi bahasa dalam komunikasi adalah untuk mengirim pesan. Bila pesan itu kita kirim dengan bahasa verbal, itu berartikita mengirim pesan secara verbal. Dalam studi psikologi sosial bahasa merupakan hal penting karena : 
1. Bahasa merupakan media dasar bagi interaksi sosial. 
2. Bahasa adalah satunya pembawa kebudayaan dari satu generasi pada generasi berikutnya yang mentransfer mekanisme ide-ide dan bentuk tingkah laku. 
3. Bahasa memungkinkan suatu rangkaian pengertian definisi-definisi umum yang sama diantara manusia. 
4. Bahasa memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak dari sejak taraf hidup biologisnya sampai dengan hidup kemasyarakatannya sebagai makhluk sosial. 
2.2.3 Interaksi 
Dalam kehidupan seorang individu selalu berhubungan dengan lingkungan fisik, psikis dan lingkungan rohaniah. Menurut Wood Worth seperti yang dikutip oleh WA Gerungan, pada dasarnya terdapat empat jenis hubungan antara individu dengan lingkungannya yaitu: 
1. Individu bertentangan dengan lingkungannya. 
2. Individu menggunakan lingkungannya. 
3. Individu menyesesuaikan diri dengan lingkungannya Interaksi diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih, dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku orang lain. 
Perubahan tingkah laku seseorang dai tersebut menjadi dorongan antar pribadi dan respont antar pribadi yang bersifat biologis. 
2.2.4 Sosial 
Sosial sebagai fungsi komunikasi massa bagi dominik sosial merupakan transinisi nilai-nilai dari suatu kelompok media massa menyajikan penggambaran masyarakat dan dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting. Seperti halnya dengna Macbride pula, bagi Dominik pun hiburan merupakan fungsi media massa, mengenai hal ini memang jelas tampak pada televisi, film dan rekaman suara. Media massa lainnya seperti surat kabar dan majalah meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitahuan. Rubrik-rubrik hiburan selalu ada, apakah itu cerita pendek, cerita panjang atau cerita bergambar. 
2.3 Variasi Bahasa 
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register). Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut, dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya. 
2.3.1 Variasi dari Segi Penutur 
1. Idiolek, merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang mempunyai idiolek masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dsb. Yang paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut Idiolek melalui karya tulis pun juga bisa, tetapi disini membedakannya agak sulit. 
2. Dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada di suatu tempat atau area tertentu. Bidang studi yang mempelajari tentang variasi bahasa ini adalah dialektologi. 
3. Kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Sebagai contoh, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, lima puluhan, ataupun saat ini. 
4. Sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik variasi inilah yang menyangkut semua masalah pribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, pekerjaan, seks, dsb. Sehubungan dengan variasi bahasa yang berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya disenut dengan prokem. 
 2.3.2 Variasi dari Segi Pemakaian 
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunanya, pemakainya atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, pertanian, militer, pelayaran, pendidikan, dsb. 
 2.3.3 Variasi dari Segi Keformalan 
Menurut Martin Joos, variasi bahasa dibagi menjadi lima macam gaya (ragam), yaitu ragam baku (frozen); ragam resmi (formal); ragam usaha (konsultatif); ragam santai (casual); ragam akrab (intimate). Ragam baku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi khidmat dan upacara resmi. Misalnya, dalam khotbah, undang-undang, akte notaris, sumpah, dsb. Ragam resmi adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, ceramah, buku pelajaran, dsb. Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, ataupun pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud ragam ini berada diantara ragam formal dan ragam informal atau santai. Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dangan keluarga atau teman pada waktu beristirahat, berolahraga, berekreasi, dsb. Ragam ini banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk ujaran yang dipendekkan. Ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubngannya sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau teman karib. Ragam ini menggunakan bahasa yang tidak lengkap dengan artikulasi yang tidak jelas. 
2.3.4 Variasi dari Segi Sarana 
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan tulis atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya bertelepon atau bertelegraf. 2.4 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia 2.4.1 Sebagai Bahasa Nasional Bahasa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga memiliki kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimulai saat dicetuskanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dalam kaitanya sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia memiliki fungsi yang sangat penting yaitu: 1. Lambang kebanggan kebangsaan. Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. 2. Lambang identitas nasional. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia seperti layaknya bendera kita yang harus kita junjung tinggi sebagai lambang Negara. Bangsa Indonesia telah memiliki bahasa identitas sediri yaitu bahasa Indonesia yang mana tidak setiap Negara berani memiliki bahasanya sendiri sebagai identitas diri. 3. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya. Sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya bahasa Indonesia membuat seluruh bangsa Indonesia dapat hidup berdampingan antarsuku tanpa perlu terjadi kekhawatiran terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ini setiap warga Indonesia dapat tinggal atau menjelajahi seluruh wilayah Indonesia. 4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia. 2.4.2 Sebagai Bahasa Negara Selain sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia juga memiliki kedudukan lain yaitu sebagai bahasa Negara seperti tercantum dalam UUD 1945. dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Bahasa resmi kenegaraan. 2. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. 3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah. 4. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Bahasa yang berkembang di dalam wilayah Indonesia sangatlah banyak. Hampir setiap daerah memiliki bahasa sendiri-sendiri seperti Jawa, Sunda, Madura, Bali, Bugis, Makasar, Batak, Papua, dll. Bagaimanakah atau dimanakah kedudukan bahasa-bahasa tersebut. Setelah ditentukanya Bahasa Indonesia yang dahulunya adalah bahasa Melayu sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara bahasa daerah yang lain seperti Jawa, Sunda, Bali, Batak, Papua dan lain sebagainya ditempatkan dalam kedudukan sebagai bahasa daerah. Dalam kaitanya dengan Bahasa Indonesia bahasa daerah memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi nyata bahasa daerah dapat kita lihat dari banyaknya kata dalam Bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa daerah. Itu menunjukan bahwa bahasa daerah memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Secara terperinci bahasa derah memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Dalam kaitanya dengan bahasa Indonesia: 1) Sebagai pendukung bahasa nasional. 2) Bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya. 3) Alat pengembang dan pendukung kebudayaan daerah. 2. Dalam kedudukannya sebagai bahasa derah sendiri: 1) Sebagai lambang kebanggaan daerah 2) Lambang identitas daerah. 3) Alat penghubung di dalam keluarga dan masyrakat daerah Selain bahasa daerah, ada lagi bahasa yang saat ini berkembang pesat pemakainya seperti bahasa Inggris, perancis, mandarin, belanda, jerman dan lain-lain. Adapun kedudukan dari bahasa-bahasa tersebut adalah sebagai bahasa Asing. Dalam kedudukanya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa tersebut di atas tidak memiliki kemampuan atau bersaing dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional maupun bahasa Negara atau dengan kata lain bahasa asing tidak akan pernah menjadi bahasa nasional ataupun bahasa Negara Indonesia. Begitupun dalam kaitannya dengan bahasa daerah. Bahasa aing ini memiliki fungsinya sendiri yaitu sebagai alat perhubungan antarbangsa, alat pembantu pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan. Melihat dari sisi fungsi ketiga bahasa yang berkembang di Indonesia, dapat kita ketahui bahwa semua bahasa tersebut penting dan bermanfaat bagi bangsa kita. Namun yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai ketika kita berusaha menguasai bahasa Asing yang saat ini sedang sangat diminati kita menjadi lupa akan bahasa Daerah atau bahasa Indonesia.   BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Jenis Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif metode ini berhubungan langsung dengan pengumpulan dan pengkajian data dalam laporan penelitian. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistematis, faktual, dan akurat melalui pengamatan yang direalisasikan melalui kata atau kalimat, bukan dengan data statistik. Semua akan dikemukakan dengan apa adanya sesuai kenyataan dan pengamatan yang ditemukan dalam penelitian. Pendekatan kualitatif digunakan karena hal yang akan diteliti berkenaan dengan penggunaan Bahasa Indonesia, dalam hal ini pada Kalangan remaja Kota Kendari, serta penelitian ini juga berusaha untuk memahami interferensi bahasa gaul di Kota Kendari, sehingga dapa menemukan gambaran-gambaran umum terkait objek yang akan diteliti. 3.1.2 Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian lapangan. Peneliti terlibat langsung di lapangan untuk mengamati serta memperoleh dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan saat penelitian. 3.2 Data dan Sumber Data 3.2.1 Data Data yang akan digunakan dalam penelitian adalah data lisan yang berupa tuturan dari informan. 3.2.2 Sumber Data Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari percakapan di kalangan remaja yang ada di sekitar Mall Mandonga Kendari. 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi langsung di lapangan. 

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik rekam dan teknik tulis. Teknik rekam digunakan untuk merekam tuturan pada saat wawancara dengan informan. Teknik catat digunakan untuk mencatat hal-hal penting yang ditemukan pada saat observasi, sebagai data tambahan. 
 3.4 Metode dan Teknik Analisis Data 
Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data akan dideskripsikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya. Adapun tahap-tahap analisis data yang akan dilakukan sebagai berikut: 
1. Transkrip rekaman data, yaitu memindahkan data kedalam bentuk tulisan yang sebenarnya. 
2. Klasifikasi data, yaitu semua data yang telah diumpulkan, diklasifikasikan sesuai bentuknya. 
3. Analisis data, tahap ini penulis akan menganalisis semua data yang telah diklasifikasi berdasarkan bentuknya.

1 komentar:

  1. Your Affiliate Money Printing Machine is waiting -

    And making money online using it is as simple as 1--2--3!

    This is how it works...

    STEP 1. Choose which affiliate products the system will promote
    STEP 2. Add PUSH BUTTON traffic (it LITERALLY takes JUST 2 minutes)
    STEP 3. See how the system explode your list and sell your affiliate products all on it's own!

    Are you ready to start making money???

    Your MONEY MAKING affiliate solution is RIGHT HERE

    BalasHapus