KADHANEE
PUKUNO KUNAU
Zamani manguluno ari piharomo mongalo amia kalambe
mokesa ikampo iwawono gunu. Piapata kakesano kalambe ngana ari, sampe
sabha-sabharie mia mitee nopelue.
Akaalu wakutu amia ana mohane nopotabumo mai kalambe
mokesa haleo I hara. Ana mohane haleo cia nobhari pikiri asono agori nopogau
ane ia nopeelu mai kalambe haleo ari, hawai kalambe ane hewite nopimboi mamaea
aipo dhanee nipikunino ilalo hateno. Ahirino ihaleo onela nipirasaino ana
mohane haleo bundo nohende aso kalambe mokesa. Cia nabhari pikiri asono kalambe
ana notarimae ana mohane humende asono haleo, sababu kalambe ana notarieimae
ana mohane humende asono haleo, sababu kalambe ana nokoamba ane notola hajatino
mia bhara nobawa musibah nabhita naipua. Pia haleo kalengono hendea kadhorua
nobondomo uka, hawai kalambe haleo tatupu notarimae uka umel-umela. Sababu ia
poali nojanji ilalo badhano. Nomo wulamo kolengono anemohane bundomo kumende
asomo kabharino pato puluh maino, cia nggala nomia cikolano. Noratomo wakutu nika tempo asono kapato pulu mia anamohane
haleo nobundomo nggaaso namotatapu kalambe ana haleo kawiana manga ia. No
pindongono ngaana ari kalambe ana nosesalimo pakeno haleo mai ciamo nopimbali
namala kapatatu wakutu kawiano, sababu nowita bheri hake anamohane bundono
humende isie. Ahirini kalambe haleo nopimani wakutu patopulu holeo wai manga ana mohane haleo, hawai cunggula
ompulu holeo tabhe kabundo kamoogau kaina.
Ompulu holeo kalengono, nobundomo manga ana mohane
haleo mai harapa asono ndeeno ngaaso nitarima otwaaso nitoluno kalambe mokesa
haleo, hawai parae nikaita manga ana
mohane haleo nokapimente-mente, sababu nokaita kokeno kalambe ana nopimbalimo
purasano sau. Ompulu holeo katotoku bundomo uka manga ana mohane humendeno
haleo mai kabharino tambah nokura, hake kadhaneno kalambe haleo tambah siasa,
cicino nopimbalimo wuano kunau nobhari weeno siapumo ciporoku. Ompulu holeo
itataliku nobundomo uka ana mohane humende isie haleo hawai hawitemo amia
bundomo hake agaano nomongaremo sababu manga ia nook amba ciamo mai gunano
nakahumende aso kalambe poolimo nopimbali pukuno kunau, hawai kalambe haleo
nodhika pogau “ nde-ndeenomo morokuno weeno ciciu ana, manga ia namina kopusi
mai katagia, waimpaemo akotaromia sabha-bhari mia naka mikamataau mai
nomeeluau, mongaja uka tatapi naka usaha nggaaso namitabhu aso indau mai
mangaia nakodhumanee iwaruno ulingiu”.
Inae cula-Cula
Kadhaneeno Puku Kunau.
ASAL MULA POHON ENAU
Pada zaman dahulu kala tinggallah seorang puteri
pada suatu kampong di atas pegunungan, begitu cantik gadis tersebut, sehingga
menarik semua orang yang melihatnya.
Pada suatu saat ada seorang pemuda yang selalu
melihat puteri tersebut disungai. Pemuda tersebut langsung menyampaikan sepata
kata kekagumannya terhadap puteri itu yang menandakan keinginan yang
tersembunyi dalam hati (menurut pemuda itu). Sehingga pada suatu hari dianggap
sebagai hari yang baik pemuda tersebut datang melamar puteri yang merupakan
lamaran pertama yang datang pada puteri yang cantik jelita itu. Tanpa berpikir
panjang puteri tersebut menerima lamaran yang dating sebab puteri itu
berprinsip menolak hajat seseorang akan membawa akibat atau musibah dikemudian
hari. Beberapa waktu kemudian lamaran kedua pun datang, puteri tersebut juga
menyambut dengan baik karena dia konsisten dengan prinsipnya. Enam bulan
kemudian jumlah pemuda yang datang melamarnya sudah 40 orang dan tidak ada yang
ditolaknya. Setelah tiba waktu yang telah ditentukan ke 40 pemuda tersebut
datang dengan tuan yang sama yakni mendesak putrid untuk menentukan hari
pernikahan. Akhirnya putrid menyesali perbuatannya dan tidak bisa lagi
mengambil keputusan untuk menetapkan waktu pernikahan karena melihat betapa
banyak pemuda yang datang melamarnya. Karena puteri tidak dapat mengambil
keputusan, akhirnya ia meminta waktu 40 hari kepada pemuda-pemuda tersebut tiap
sepuluh hari meraka datang menemui puteri.
Sepuluh hari pertama, hadirlah pemuda-pemuda pelamar
tadi dengan harapan siapa nanti yang akan diterima menikahi puteri yang cantik
jelita itu, namun apa gerangan yang terjadi ? Pemuda-pemuda tersebtu heran
karena melihat puteri itu telah berubah wujud kaki puteri tersebut telah
berubah menjadi himpunan akar, sepuluh hari kedua jumlah pemuda yang datang
makin berkurang pemuda yang datang melamar dan keadaan puteri tersebut badannya
telah berubah menjadi batang, lalu 10 ketiga datang lagi pelamar pemuda
tersebut dan jumlahnya makin berkurang keadaan puteri tersebut makin
menggenaskan yakni susunya berubah menjadi mayang sudah dapat disadap. Pada 10
hari ke empat datanglah pemuda pelamar itu tetapi hanya tersisa satu orang
sementara yang lain telah mengundurkan diri sebab mereka merasa tidak perlu
lagi melamar puteri yang telah berubah menjadi pohon enau, dan puteri itu sempat
bersumpah “ Barang siapa yang minum air susuku, mereka akan merasa pusing dan
ketagihan, dimanapun aku berada semua orang akan mencari dan mencintai diriku
dan mereka akan berusaha untuk mendapatkan aku lalu mereka akan berada dibawah
pengendalianku.
Demikianlah Asal Usul Pohon Enau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar